Nuklir sebagai Solusi di Bidang
Pangan
Edelweisa Aulia Syahrani
Dewasa ini, teknologi semakin
berkembang pesat seiring
dengan berkembangnya zaman, tak terkecuali energi nuklir.
Nuklir yang dipandang negatif oleh sebagian orang justru memiliki segudang manfaat
dengan segala inovasi
dan teknologinya. Salah satu inovasi
teknologi nuklir adalah teknik iradiasi
pangan. Telah banyak penelitian dan lembaga kesehatan yang membuktikan bahwa bahan
pangan dengan dosis iradiasi yang tepat aman
untuk dikonsumsi karena tidak meninggalkan residu zat kimia yang
berbahaya. Selain itu, proses iradiasi
juga mampu menjaga
nutrisi, kesegaran dan sifat sensori
bahan pangan (tekstur,
warna, rasa dan aroma).
Iradiasi adalah
suatu teknik penggunaan energi radiasi untuk penyinaran bahan secara sengaja dan terarah. Iradiasi pangan
merupakan salah satu jenis pengolahan bahan pangan yang menerapkan gelombang elektromagnetik yang bertujuan
untuk membunuh cemaran biologis
berupa bakteri patogen,
virus, jamur, dan serangga yang dapat merusak
bahan pangan tersebut
dan membahayakan konsumen
dengan cara mengionisasi bahan pangan tersebut dengan menggunakan sinar tertentu.
Iradiasi juga dapat mencegah penuaan bahan pangan yang disebabkan karena faktor internal
pangan tersebut, misalnya
pertunasan, sehingga berfungsi
sebagai pengawet, serta dapat membuat bahan pangan tetap segar karena proses
iradiasi sendiri merupakan proses pada
suhu ambient.
Dalam penggunaannya, iradiasi terhadap bahan pangan dilakukan
dengan memperhatikan dosis
iradiasi. Dosis iradiasi yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan tujuan. Jika dosis yang diberikan pada
suatu bahan pangan tidak mencukupi, maka hasil yang didapatkan tidak akan maksimal. Sebaliknya, jika dosis yang
diberikan pada suatu bahan berlebihan
maka akan menimbulkan kerusakan pada bahan pangan tersebut. Prinsip dari iradiasi pangan adalah dengan memberikan dosis radiasi yang tepat sesuai tujuan yang diinginkan.
Codex Alimentarius Commission FAO/WHO merekomendasikan dosis iradiasi yang boleh digunakan pada iradiasi pangan
tidak melebihi 10 kGy (Gould, 1995). Jumlah energi ini sebenarnya sangat kecil, setara dengan jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu air 2,4°C. Oleh karena itu, pangan yang diiradiasi dengan dosis dibawah 10 kGy hanya mengalami perubahan yang
sangat kecil serta aman dikonsumsi oleh manusia (Irawati, 2007: 46).
Pada
proses pengawetan bahan pangan dengan iradiasi, digunakan radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan radiasi pengion
seperti radiasi sinar gamma, sinar-x, dan berkas electron. Selanjutnya, Dwiloka
(2002: 9) mengungkapkan “Jenis radiasi yang dapat digunakan untuk bahan pengawetan pangan
adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang di bawah 10 nm”. Penggunaan radiasi pengion dalam teknik
iradiasi pangan dilakukan karena kemampuannya untuk menimbulkan ionisasi
terhadap bahan yang
dilaluinya sehingga terjadi perubahan kimia dalam sel hidup yang akan
menghambat sintesis DNA dan proses pembelahan sel oleh bakteri
serta patogen lainnya.
Seiring
berkembangnya waktu, iradiasi pangan menunjukkan eksistensinya dimana iradiasi
bahan pangan telah dipakai di lebih dari 60 negara
di dunia dan didukung dengan
regulasi di masing-masing negara. Asiah, dkk (2019: 33) menyebutkan
terdapat enam faktor yang perlu
diperhatikan oleh negara yang menerapkan teknologi iradiasi pangan,
diantaranya: segi kehandalan
teknologi, efektifitas dan efisiensi proses, keamanan dan kualitas produk, penerimaan konsumen, regulasi yang mendukung dan ketersediaan sumber radiasi.
0 Komentar