Nuklir, Salah Satu
Opsi Menanggulangi Krisis Pangan
Oleh: M. Hafidz
Dzikra Ramadhan
Sawah Yang Mengalami Kekeringan, Foto: setkab.go.id
Menjelang Akhir Tahun 2022, isu
akan krisis pangan sorak ramai diperbincangkan di berbagai berita. Pangan
sendiri adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, makanya
jikalau krisis pangan terjadi, angka kelaparan diseluruh dunia akan meningkat,
tak terkecuali di Indonesia. Banyak hal yang menyebabkan krisis pangan dapat
terjadi belakangan ini, diantaranya Pandemi Covid – 19 dan perang serta konflik
antara Rusia – Ukraina yang belum menemukan titik terang hingga saat ini.
Dengan kedua sebab tersebut banyak negara sebagai pemasok pangan turut terkena
imbasnya, apalagi Rusia dan Ukraina termasuk sebagai salah satu pemasok pangan
dunia.
Isu krisis pangan ini juga
menjadi sorotan bagi FAO (Food and Agriculture Organization) yaitu organisasi
internasional yang bergerak dibidang pangan dan pertanian serta memiliki peran
menjaga kestabilan pangan dunia. Menurut
Laporan Ketahanan Pangan dan Gizi FAO saja pada 2021 terdapat 828 juta orang
kelaparan, sedangkan 3,1 miliar orang tidak mampu membeli maupun mendapatkan
makanan yang sehat dan layak. Juga FAO turut memproyeksikan berdasarkan situasi
global yang terjadi saat ini, sepanjang Oktober 2022 hingga Januari 2023
kerawanan pangan yang mencapai tingkat akut secara global akan terus meningkat.
Seakan mendukung pernyataan tersebut, menurut Global Report on Food Crisis 2022
Mid-year Update, diperkirakan pada periode tersebut akan ada 205 juta orang di
45 negara yang akan menghadapi kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan
pangan yang mendesak.
Menanggapi
adanya krisis pangan terjadi, Presiden Indonesia yaitu Bapak Joko Widodo
menyerukan Indonesia mau tidak mau juga harus bersiap menghadapi berbagai
ancaman krisis yang datang, khususnya krisis pangan dengan cara meningkatkan
ketahanan pangan. Ketahanan pangan tersebut
sudah disiapkan jauh – jauh hari, seperti infrastruktur di bidang
pertanian, mulai dari bendungan, embung, hingga jarinagn irigasi yang mendukung
produksi pertanian nasional, ungkapnya. Dapat diperhatikan dari yang Beliau
sampaikan menunjukan penitngnya ketahanan pangan dalam rangka menanggulangi
krisis pangan yang terjadi. Berdasarkan UU No. 18/2012 tentang Pangan.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan”.
Untuk
mencapai ketahanan pangan tersebut sehingga mencapai ketahanan pangan yang
mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan serta keamaanan pangan.
Maka Indonesia perlu meningkatkan
produksi pangan yang ada serta beragam dan memiliki varieats unggul serta dapat
mencegah ancaman pencemaran terhadap pangan. Terdapat beberapa opsi dalam
meningkatkan produksi maupun mencegah ancaman pencemaran terhadap pangan diantaranya
melalui impor pangan dan juga melalui nuklir. Impor sendiri memang menjadi
salah satu opsi disini, tetapi dengan melakukan impor tersebut memungkinkan
Indonesia yang akan tergantung terhadap impor itu sendiri yang mana mungkin
ujungnya, cita cita Ir. Soekarno Presiden pertama Indonesia, dimana Indonesia
dapat berdikari yaitu berdiri diatas kaki sendiri, sulit dicapai.
Salah
satu opsi yang lain adalah Nuklir, memang nuklir dari dulu hingga sekarang
masih mejadi momok yang menakutkan bagi masyarakat awam kareana sering
dikaitkan dengan bahan peledak maupun sebagai senjata perang. Namun itu hanya
sebagian kecil dari pengaplikasian nuklir itu sendiri. Karena sejatinya nuklir
itu punya banyak manfaat yang berguna bagi banyak orang. Salah satunya adalah pengaplikasian
teknologi nuklir melalui teknik iradiasi pangan. Iradiasi sendiri merupakan
teknik penggunaan energi radiasi penyinaran bahan secara sengaja dan terarah. Iradiasi
pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat
radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan
kerusakan pangan serta membebaskan dari jasad renik pathogen dan juga dapat
dimanfaatkan untuk menunda pematangan beberapa jenis buah-buahan dan sayuran
dengan perubahan proses fisiologi jaringan tanaman serta untuk menghambat
pertunasan dari umbi-umbian. Proses iradiasi pangan dilakukan dengan
memperhatikan dosis iradiasi, yang mana harus dengan takaran yang tepat, karena
jika tidak tepat maka, hasil yang diperoleh tidak maksimal. Codex Alimentarius
Commission FAO/WHO merekomendasikan dosis iradiasi yang boleh digunakan
pada iradiasi pangan tidak melebihi dari 10 kGy (Gould, 1995).
Iradiasi
Pangan, Foto: pixabay.com/skeeze
Jumlah energi ini termasuk sangat kecil, setara dengan jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu air 2,4°C. Oleh karena itu, pangan yang diiradiasi dengan dosis
dibawah 10 kGy hanya mengalami perubahan yang sangat kecil serta aman
dikonsumsi oleh manusia (Irawati, 2007: 46). Dengan teknik iradiasi
itu juga dapat dilakukan pemuliaan tanaman yang mana dapat dilakukan dengan
mengiradiasi materi genetic tanaman melalui iradiasi biji, stek batang, serbuk
sari, akar rhizome, kalus ataupun bagian lainnya dengan sinar gamma. Setelah
perlakukan iradiasi dapat terjadi beberapa kemungkinan pada materi genetic
tanaman tersebut yaitu mutasi kearah positif, kearah negative, atau tanpa
mutasi. Dari fenotip yang timbul dilakukan seleksi sifat yang lebih baik untuk
dikembangkan menjadi varietas unggul. Perlu diingat radiasi terhadap materi
genetic tanaman tidak mengakibatkan tanaman tidak mengakibatkan tanaman atau
produk tanaman tersebut bersifat radioaktif sehingga hasil dari pemuliaan tanaman
aman dikonsumsi oleh manusia. Iradiasi makanan diizinkan di lebih dari 40
negara di dunia, tetapi hanya 0,01% dari seluruh nilai perdagangan makanan
dunia.
Tak hanya pemuliaan tanaman, dengan nuklir dan pengaplikasiannya, pangan juga dapat diawetkan melalui teknik radiasi pengion yang dimanfaatkan untuk pengawetan bahan makanan, menghambat pertunasan, menunda pematangan, serta menstreilkan produk pangan dari degala bentuk cemaran mikroba. Radiasi pengion (berenergi tinggi) dipakai karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya. Sumber radiasi yang digunakan untuk proses pengawetan bahan pangan umumnya ada empat, yaitu : 60Co dan 137Cs sebagai sumber radiasi pemancar sinar gamma, mesin berkas elektron, dan mesin generator sinar – X . Dengan menggunakan batas dosis iradiasi dan batas energi maksimum untuk keempat sumber tersebut, maka bahan pangan yang diawetkan dengan iradiasi tidak menjadi radioaktif. Proses sterilisasi makanan dengan sinar gamma ini guna mencegah penularan penyakit melalui makanan dan memperpanjang masa simpan, teknik radiasi pengion ini juga memilki beberapa keunggulan yaitu dapat menjaga kesegaran makanan , tidak meninggalkan residu , membunuh mikroba secara efektif dan prosesnya mudah terkontrol, dan dapat dilakukan prosesnya dalam suhu kamar.
Demi
menentukan efisiensi pemupukan juga dapat dilakukan dengan pengaplikasian
nuklir yaitu dengan teknik isotop, baik isotop yang bersifat stabil maupun yang
bersifat radioaktif. Pengaplikasian
isotop disini untuk membedakan asal suatu unsur hara, antara unsur hara dari
dalam tanah maupun unsur hara yang berasal dari sumber hara lain yang
ditambahkan kedalam tanah. Hasil nanti memiliki beberapa tujuan seperti dapat
menentukan waktu terbaik pemberian pupuk, mengetahui konstribusi nutrisi dari
berbagai jenis sumber hara yang berbeda, mengetahui akar aktif tanaman dan
mempelajari pola perakaran tanaman, dan menentukan efisisensi optimal
penggunaan pupuk. Isotop yang umum digunakan dalam penelitian pupuk pada
tanaman diantaranya N-15, P-32, Zn-65, Rb-86, C-14, Ca-45.
Dalam meneliti pemupukan dan nutisi tanaman terdapat dua motede pengaplikasian teknik isotop yaitum metode langsung dan mtode tidak langsung. Metode langsung digunakan pada pupuk yang dpaat ditandai baik dengan radioisotope (P-32,Zn-65, dsb) atau isotop stabil (N-15) guna menentukan efisiensi pengunaan pupuk. Sedangkan metode tidak langsung digunakan jika suatu senyawa tidak dapat diatandai dengan radioisotop ataupun isotop stabil karena akan menyebabkan perubahan sifat kimia pada bahan, misalnya pada fosfat alam.
Dan
setelahnya masih banyak lagi nuklir dengan pengaplikasiannya yang mampu
memberikan manfaat yang tidak kalah banyak. Misal diambil contoh dari isotop
dapat membuat teknik perunutan dalam bidang peternakan, yang mana teknik
perunutan merupakan proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan
isotop stabil atau radioisotope untuk menjad bagian dari sitem biologic
sehingga dapat diketahui mekanisme yang terjadi. Prinsip teknik pengukuran
dengan isotop stabil yaitu sifat kikia spesifik dari unsur yang digunakan
dengan berat molekul dan diukur dengan alat Mass Atomic Spectrophotometer ,
X – ray, XRF, dan Neutro Atomic Absorbtion. Sedangkan prinsip perunutan
dengan radioisotope merupakan apapran radiasi dari unsur radioaktif yang
digunakan. Yang diukur antara lain dengan alat Liquid scinctilation Counter
(LSC) Gamma Counter, dan HPGe. Pemanfaatan teknik nuklir untuk peruntutan
dapat dilakukan secara in vivo untuk mengetahui proses biologi yang
terjadi didalam tubuh hewan ternak dan in vitro untuk memperoleh
informasi tentang proses biologi yang dilakukan di luar tubuh hewan yaitu di
laboratorium. Pemanfaatan energi radiasi di bidang peternakan antara lain untuk
melemahkan patogenisitas penyakit seperti bakteri, virus, dan cacing dengan
menghasilkan radiovaksin, reagen diagnostic, dan pengawetan.
Dari
yang dipaparkan diatas hanyalah beberapa manfaat dari Iptek Nuklir dan
pengaplikasiannya, masih banyak pemanfaatan nuklir, selain di bidang pangan,
terdapat juga pada bidang energi, dan industri. Dan perlu diingat juga semua
kegiatan yang memanfaatkan nuklir dan radiasinya, perlu memerhatikan dosis
tertentu yang diberikan dengan tepat, agar tidak merugikan manusia dan dapat
memaksimalkan hasil yang diperoleh. Nuklir tidak hanya sebagai momok menakutkan
sebagai senjata pemusnah massal, Nuklir muncul sebagai energi ramah lingkungan,
dan jika digunakan dengan tepat maka nuklir memiliki segudang manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ketahanan pangan dapat dicapai secara maksimal jika
Indonesia mempersiapkan ketersediaan bahan pangan melalui berbagai opsi, dan
opsi dengan menggunakan iptek nuklir beserta pengaplikasiannya bukanlah hal
yang buruk untuk di coba. Daya saing Indonesia secara global harus ditingkatkan
agar Indonesia tidak kalah saing, agar Indonesia tidak ditekan negara lain,
agar Indonesia berdiri diatas kaki sendiri. Karena Indonesia merupakan negara
yang besar dengan SDA yang melimpah dan SDM yang beragam. Mulai dengan nuklir,
tunjukkan Indonesia mampu mengolah dan mengaplikasikan Iptek Nuklir, dan
bersama – sama Indonesia mampu menghadapi dan menanggulangi berbagai krisis
global terutama krisis pangan global.
Daftar Pustaka
Alatas, Zubaidah. (2014). Buku
Pintar Nuklir. Jakarta. Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Iradiasi Pangan. Diakses pada 14 Januari 2023, dari https://kuliahpangan77.files.wordpress.com/2014/02/5-iradiasi-makanana-bw.pdf
Darmawan Nasution, Dedy &
Zuraya, Nidia. (2022). Kementan: Peringatan FAO Soal Krisis Pangan Mulai
Terlihat. Diakses pada 14 Januari 2023, dari https://www.republika.co.id/berita/r96wxk383/kementan-peringatan-fao-soal-krisis-pangan-mulai-terlihat
0 Komentar