Sebuah fasilitas pembangkit
listrik tenaga nuklir atau PLTN di Jerman. [Shutterstock]
Suatu
saat nanti, kita pasti akan mengucapkan selamat tinggal kepada bahan bakar
fosil yang sudah menemani dan membantu mempermudah kehidupan manusia selama
puluhan tahun. Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida yang
memerangkap panas di atmosfer dan menjadikannya kontributor utama pemanasan
global serta perubahan iklim. Hal ini menjadi dampak negatif bagi perubahan
iklim. Beberapa dampak negatif perubahan iklim bagi lingkungan meliputi
pemanasan suhu bumi, kenaikan batasan air laut, terjadinya banjir, hingga badai
yang dapat membawa perubahan besar pada habitat sebagai rumah alami bagi
berbagai spesies binatang, tanaman, dan berbagai organisme lain.
Ilustrasi
dampak Pemanasan Global
Dengan
adanya hal ini, seperti yang dijelaskan di paragraf pertama, cepat atau lambat
manusia akan tiba di satu titik dimana mereka harus berhenti bergantung pada
bahan bakar konvensional, dan harus mencari alternatif energi baru yang lebih
ramah lingkungan. Namun, apabila berbicara mengenai sumber energi, tentu saja
kita tidak boleh melupakan energi nuklir — sumber energi kontroversial yang
penggunaannya masih diperdebatkan hingga saat ini. Kita semua tahu bahwa energi
nuklir adalah salah satu kandidat sumber energi alternatif, yang
digadang-gadang akan menggantikan sumber energi konvensional saat ini. Jika
seluruh siklus hidup pembangkit nuklir dimasukkan dalam perhitungan, energi
nuklir pasti lebih unggul dari bahan bakar fosil seperti batu bara atau gas
alam. Namun gambarannya sangat berbeda jika dibandingkan dengan energi
terbarukan.
Terlepas
dari semua yang dijelaskan tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor yang
menentukan masa depan umat manusia adalah seberapa cepat kita dapat menemukan
energi alternatif baru yang bisa digunakan untuk memutus kebergantungan kita
pada energi berbasis fosil secara keseluruhan.
0 Komentar